Sebuah penegasan krusial dan mendasar kembali diingatkan kepada kita, segenap warga Persyarikatan Muhammadiyah. Adalah Bapak Arif Jamali, sosok yang kita kenal sebagai Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY sekaligus Staf Khusus Mendikdasmen Bidang Pembelajaran dan Sekolah Unggul, yang dengan lugas menyampaikan esensi keberadaan Ranting dalam tubuh besar Muhammadiyah. Beliau menggarisbawahi bahwa salah satu tugas utama Ranting, sebagaimana termaktub dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Muhammadiyah, adalah melakukan pembinaan anggota. Dan wadah paling strategis untuk pembinaan tersebut, tak lain dan tak bukan, adalah pengajian.
Pernyataan ini bukan sekadar retorika, melainkan sebuah panggilan jiwa organisasi. Siapapun yang telah mengikrarkan diri sebagai anggota Muhammadiyah, secara otomatis memiliki hak untuk dibina dan kewajiban untuk aktif dalam proses pembinaan tersebut melalui pengajian yang diselenggarakan oleh Ranting. Ini berarti, Pimpinan Ranting memikul amanah untuk secara rutin dan berkualitas mengadakan pengajian sebagai sarana pembinaan. Sebaliknya, setiap warga Muhammadiyah pun dituntut memiliki kesadaran kolektif dan komitmen pribadi untuk "mewajibkan diri" hadir dan berpartisipasi aktif dalam denyut nadi pengajian Ranting.
Pengajian Ranting bukanlah sekadar pertemuan seremonial. Ia adalah kawah candradimuka, tempat di mana nilai-nilai Islam Berkemajuan ala Muhammadiyah ditanamkan, dipupuk, dan dikuatkan. Di sinilah pemahaman keagamaan diasah, wawasan keorganisasian diperluas, dan semangat ber-Muhammadiyah dijaga agar terus menyala. Dari forum inilah embrio-embrio kader persyarikatan, umat, dan bangsa disemai.
Sosok Bapak Arif Jamali sendiri adalah cerminan nyata bagaimana penguatan dari dalam, dari aras paling fundamental seperti Ranting, dapat melahirkan individu-individu yang berkontribusi signifikan bagi kemaslahatan yang lebih luas, hingga ke kancah nasional. Dedikasi beliau dalam mengawal pembinaan di tingkat wilayah, sejalan dengan kiprahnya sebagai Staf Khusus Menteri, menunjukkan bahwa keterlibatan aktif dalam persyarikatan mampu menempa pribadi unggul yang siap mengabdikan diri di berbagai medan perjuangan. Ini adalah bukti bahwa Muhammadiyah, melalui mekanisme pembinaan berjenjangnya, konsisten melahirkan kader-kader yang tidak hanya memahami agama secara mendalam, tetapi juga memiliki kapasitas dan integritas untuk berkiprah membangun bangsa.
Maka, pesan Bapak Arif Jamali ini harus menjadi cambuk kesadaran bagi kita semua. Sudah sejauh mana kita, sebagai individu maupun sebagai pimpinan di berbagai tingkatan, menghidupkan dan memakmurkan pengajian Ranting? Sudahkah kita merasakan pengajian Ranting sebagai kebutuhan ruhani dan intelektual, bukan sekadar kewajiban formal?
Inilah saatnya kita merefleksikan kembali posisi dan kontribusi kita. Bagi Pimpinan Ranting, ini adalah panggilan untuk berinovasi, menyajikan pengajian yang menarik, relevan, dan mampu menjawab kebutuhan zaman, tanpa meninggalkan esensi pembinaan ideologi dan karakter. Bagi setiap warga Muhammadiyah, ini adalah momentum untuk meneguhkan kembali komitmen, meluangkan waktu, dan mengerahkan tenaga untuk hadir, menyimak, berdiskusi, dan mengambil hikmah dari setiap pengajian.
Dari Pengajian Ranting yang hidup dan berkualitas, akan lahir anggota-anggota Muhammadiyah yang kokoh akidahnya, luas ilmunya, dan matang kepribadiannya. Dari anggota-anggota inilah akan muncul kader-kader persyarikatan yang militan dan visioner. Dan dari kader-kader inilah, seperti yang dicontohkan oleh Bapak Arif Jamali dan ribuan tokoh Muhammadiyah lainnya, akan lahir kontribusi-kontribusi nyata untuk kemajuan bangsa dan negara, melalui jalur apapun: pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, politik, hingga kebudayaan.
Setiap kita, dalam posisi apapun di persyarikatan ini, dari anggota biasa di Ranting hingga pimpinan di tingkat pusat, memiliki peran strategis. Pengajian Ranting yang kita hidupkan adalah investasi jangka panjang untuk masa depan Muhammadiyah dan Indonesia. Kontribusi kita dalam memakmurkannya adalah sumbangsih nyata yang akan berbuah kebaikan berkelanjutan.
Mari, jadikan setiap denyut nadi kita di Muhammadiyah, dimulai dari partisipasi aktif di Pengajian Ranting, sebagai langkah konkret untuk menguatkan persyarikatan dan mencerahkan semesta. Sebab, dari Ranting yang kuatlah, Muhammadiyah akan terus bergema, menebar rahmat, dan berkontribusi tiada henti untuk negeri tercinta.
